BUDAK NGORA NGAROJONG SAUYUNAN NGAHONTAL KAMAJUAN CIBUNGUR

Rabu, 16 Oktober 2024

CIBUNGUR DALAM CENGKRAMAN KI BEBE (TRAGEDI 1950)

 
                                                (Cover diambil dari Film Mereka Kembali)

Bermula dari bentuk kekecewaan atas hasil keputusan Perjanjian Renville (Indonesia - Belanda) 1948,
mungkin bisa menjadi salah satu pemicu apa yang menimpa Desa Cibungur diawal tahun 50’an kala itu, dimana sebuah desa di Kabupaten Purwakarta yang masih dikelilingi area hutan belantara dijadikan tempat persembunyian para laskar pejuang yang pernah bergabung dengan Divisi Siliwangi yang saat itu terusir dari wilayah Jawa Barat karena jatuh pada kekuasaan Belanda, tapi sebagian pasukan sengaja disisakan atas perintah Jendral Soedirman untuk terus melakukan perlawanan dengan bergerilya di wilayah Purwakarta dan Karawang.


Ketika wilayah Jawa Barat kembali ke pangkuan ibu pertiwi tahun 1950 tentu menjadi sebuah kabar yang menggembirakan bagi seluruh rakyat indonesia, namun setelah itu justru menjadi awal malapetaka bagi warga Desa Cibungur dan dikenal dengan "Jaman Gerombolan", yaitu mereka yang datang menggunakan pakaian serba hitam menyantroni rumah - rumah penduduk kampung Cireungit yakni sebuah kampung terpencil di tepian hutan yang masa itu masih bagian dari wilayah Desa Cibungur.
 

Dengan bersenjata lengkap para gerombolan ini berhasil menduduki rumah - rumah penduduk Cireungit dan mengusir penguninya, diantaranya adalah Ki Arselin, Ki Mas’an dan Ki Telong yang dengan sangat terpaksa harus pergi meninggalkan rumahnya, terlihat satu diantara para gerombolan itu memegang senjata paling bagus dan gagah. Ya, ternyata dialah sang pemimpin gerombolan bernama Ki Bebe yang tidak pernah lepas dari senjata kesayangannya bernama si Ronggeng, Para gerombolan ini disinyalir bekas pasukan Laskar Bambu Runcing (BR) yang terafiliasi dengan para pejuang gerilya SP88 pimpinan Letkol. Oesman Soemantri yang terus mengobarkan api perlawanan dengan aksi - aksi terrornya terhadap Belanda di wilayah Jawa Barat khususnya di Purwakarta - Karawang.

Entah setan apa yang merasuki Ki Bebe dan anak buahnya, setelah kematian Letkol. Oesman Soemantri
dan pembubaran SP88, gerombolan ini berbalik menerror penduduk. dengan menyebar sepucuk surat, Ki Bebe mulai melancarkan aksi terrornya dengan meminta upeti berupa makanan, uang dan pakaian apabila tidak dipenuhi maka akan dijarah bahkan nyawa melayang menjadi taruhannya, begitulah kira - kira isi setiap surat Ki Bebe yang disebar ke para penduduk Cibungur.


Ki Sadi yang disaat itu sedang maju usahanya memang selalu memberikan upeti, namun untuk kali ini Ki Sadi rupanya telat atau sudah enggan membayarkan upetinya, dan hal itu membuat Ki Bebe sangat murka. Lalu diutuslah anak buahnya untuk mencari Ki Sadi. Dan Tak perlu menunggu waktu lama Ki Sadi pun akhirnya diketemukan, tanpa basa basi lagi Ki Sadi langsung ditembak dan digorok lehernya dirumahnya sendiri, istrinya yang menjerit - jerit melihat kejadian itu kemudian diseret ke dalam hutan, mengetahui ada yang sedang tidak beres, anak Ki Sadi segera masuk ke dalam rumah bermaksud untuk menolong, tapi sang gerombolan segera menghadang dan menodongkan senjata “DOR!” anaknya Ki Sadi ditembak kepalanya dari jarak dekat hingga tembus ke belakang.


Perlakuan biadab tersebut hampir dirasakan semua penduduk, gerombolan Ki Bebe dan anak buahnya semakin merajalela, mereka membunuh, memperkosa, merampas, menjarah, dan menculik tanpa alasan
membuat para penduduk dihantui rasa cemas dan ketakutan yang mendalam hingga penduduk laki - laki banyak yang tidak berani tinggal dirumah apabila malam tiba karena takut menjadi korban keganasan gerombolan Ki Bebe.


Hari terus berlalu bulan dan tahun pun berganti, Suasana mencekam di Desa Cibungur belum juga berakhir, namun apa daya yang bisa dilakukan para penduduk kampung yang mata pencahariannya sebagian besar adalah para petani, agar bisa terus bertahan hidup walau penuh dihantui rasa takut, Ki Atilem melangkahkan kakinya menuju ladang untuk mencangkul lahan garapannya di tepian hutan. Sesampainya di ladang, Ki Atilem kaget bukan kepalang karena di lahan garapannya yang mau dicangkul terbujur seorang mayat perempuan dengan luka gorok dileher yang ternyata masih bisa dikenali dari kecantikan parasnya, yang tidak lain adalah perempuan asal Cikampek bernama Nonih yang biasa berdagang barang rumah tangga ke Desa Cibungur. Korban pedagang dari Cikampek bukan hanya Nonih, ada juga pedagang lain penjaja jasa wantek pewarna pakaian yang menjadi korban gerombolan Ki Bebe, pedagang ini tewas digorok lehernya lalu mayatnya dibuang ke rawa hingga membuat air rawa berubah menjadi merah seperti darah dan tempat tersebut akhirnya dinamakan "Legok Celep". Penemuan mayat bukan kali itu saja terjadi, Ki Atilem yang mempunyai lahan garapan sawah di Cipusar di tepian hutan memang tidak begitu jauh dari persembunyian Ki Bebe dan sering menemukan mayat dan tulang belulang berserakan di dalam hutan dan selokan - selokan yang mengairi sawah Cipusar hingga airnya seperti berminyak dan mengeluarkan aroma bau bangkai. Yang lebih mengenaskan lagi pernah diketemukan berjejernya kepala manusia yang ditancap - tancapkan di pagar ladang petani. Ya, itu lah kepala yang dipenggal korban keganasan dari gerombolan Ki Bebe.
 

Tak terasa sudah enam tahun berlalu, Ditengah rasa ketakutan para warga Desa Cibungur hidup di bawah bayang - bayang keganasan gerombolan Ki Bebe, Cibungur lalu dikagetkan dengan datangnya pasukan kepolisian dari Bandung dalam rangka operasi penangkapan buronan bernama Samsuri yaitu seorang pembunuh berbahaya asal bandung yang lari ke daerah Cibungur.
 

Mendengar penjelasan tersebut, kepala Desa Cibungur yang saat itu sedang dijabat Ki Wanadikarta atau
yang sering dikenal dengan nama Lurah Keron menyatakan siap membantu pihak Kepolisian asalkan pihak kepolisian juga siap membantu warga Desa Cibungur menumpas gerombolan Ki Bebe yang belakangan ini membantai warganya secara sadis. Setelah diselidiki, ternyata sang buron yang dimaksud adalah Samsuri yang sudah menikah dengan Esih yaitu penduduk Kampung Cikiara.


Malam itu Polisi segera mengepung rumah Esih. mengetahui dirinya sedang diburu dan akan disergap, Samsuri kemudian mengeluarkan ilmunya yang konon mempunyai ilmu bisa berubah bentuk atau hilang dari pandangan manusia hingga tak mampu dilihat oleh mata biasa atau yang biasa dikenal dengan ilmu Halimun.
 

Polisi bergegas masuk dan memeriksa semua ruangan di dalam rumah sedangkan sebagian lagi berjaga - jaga diluar agar target tidak lolos dari sergapan. Semua digeledah sampai ke tempat - tempat yang dianggap mencurigakan yang bisa digunakan untuk sembunyi seperti lemari pakaian, kolong kasur, kolong meja dan lainnya. namun sayang upaya itu tetap nihil, Samsuri tidak dapat diketemukan. Mendapat laporan bahwa targetnya tidak ada di dalam, Komandan Pasukan dan Ki Lurah Keron lantas masuk ke dalam rumah, Ki Lurah yang juga di kenal bukan orang sembarangan menatap seluruh isi ruangan lalu menghampiri sang komandan.


"Coba singkapkan itu yang dibawah meja". Bisik Ki Lurah Keron


Mendengar itu, Sang Komandan langsung memerintahkan anak buahnya untuk segera menyingkapkan apa yang ada dibawah meja. Ternyata benar saja, Samsuri sembunyi dibawah meja itu, padahal tadi semua dipastikan hampir tidak ada ruang sedikitpun yang luput dari pemeriksaan. Setelah dibekuk, Samsuri akhirnya diangkut pihak Kepolisian. Lalu kembali pada kesepakatan awal yaitu pihak Kepolisian telah berjanji akan menumpas gerombolan Ki Bebe dan menuntaskan permasalahan yang sedang menimpa warga Desa Cibungur agar bisa menjalani hidup dengan tentram.
 

Ki Lurah Keron lalu berunding dengan pihak Kepolisian mengatur siasat mencari cara untuk melumpuhkan Ki Bebe dan anak buahnya.
 

"Ki Bebe itu kalau ilmunya tidak dicabut gurunya, kita tidak bakal menang, karena dia orang yang kebal peluru" begitu kata Ki Lurah Keron dalam diskusi tersebut.


Sebelum mengatur siasat selanjutnya terlebih dahulu harus diketemukan guru Ki Bebe, atas bantuan pamannya Ki Bebe sendiri yang tinggal di Campaka, dapat diketahui bahwa gurunya Ki Bebe adalah berasal dari Banten. Mendengar informasi tersebut, penjemputan guru Ki Bebe dilaksanakan langsung oleh Komisaris Kepolisan dari Purwakarta dengan menggunakan mobil sedan. Setibanya di Banten kemudian disampaikanlah kepada sang guru sepak terjang Ki Bebe selama ini, mengetahui muridnya telah menyalahgunakan ilmunya, guru Ki Bebe pun bersedia ikut ke Cibungur yang kemudian bergabung menjadi tim diskusi bersama Ki Lurah Keron dan Pihak Keamanan lainnya.


"Untuk bisa mengalahkan Ki Bebe kita harus terlebih dahulu menanam pohon haur di tiga penjuru, di
sebelah timur yang dekat stasiun tidak usah, karena dia akan matinya disini pada bulan haji tanggal 12."
Begitulah wejangan yang diberikan gurunya Ki Bebe.


"Kalau begitu, sekarang kita harus cari cara bagaimana agar Ki Bebe mau keluar dari tempat
persembunyiannya di dalam hutan, lalu kita lawan mereka ditempat yang lebih terbuka." Yang lainnya lalu menyahut.


Malam itu Ki Lurah Keron memerintahkan Ki Sekdes Ahim untuk segera menjalankan petuah dari gurunya Ki Bebe, dengan dibantu beberapa anggota Linmas, Ki Ahim menanam pohon haur yang salah satunya ditanam disebelah selatan dekat perbatasan Tegal Sereh, di Cilodong dan terakhir di Hutan Jati Cibungur.


Kemudian entah bagaimana caranya Samsuri Si Buronan yang sebelumnya ditangkap Kepolosian kini muncul kembali ke Cibungur, namun kedatangannya kali ini untuk ikut bergabung dengan gerombolan Ki Bebe, dia masuk ke dalam hutan dan berhasil menemui Ki Bebe, lalu Samsuri menawarkan diri untuk menjadi anak buahnya.


Mendengar pernyataan itu, Ki Bebe tak lantas percaya apalagi langsung menerima permintaan Samsuri,
lalu berseru.dengan lantangnya,


"Memangnya kamu punya apa sampai - sampai ingin diakui sebagai anak buahku hah,!?." Samsuri pun
hanya terdiam,
"Boleh saja kalau kau ingin menjadi anak buahku, tapi sebelum kau kuterima menjadi anak buahku, kau
harus adu tembak dulu denganku,"
 

Karena saking inginnya bergabung, mendengar tantangan yang dilontarkan Ki Bebe tak membuat nyali
Samsuri menciut, dia lantas menerima tantangan tersebut walau tahu resikonya adalah mati, kalau saja
sampai salah perhutingan jangankan menjadi anak buah Ki Bebe, mati dikuburkan dengan layakpun itu tak akan mungkin.
 

Keduanya lalu saling berhadapan dengan masing - masing memegang senjata, Samsuri diberi kesempatan pertama untuk menembak, lalu Ki Bebe segera mengusungkan dada sebagai isyarat sudah siap menerima rentetan peluru dari Samsuri,


"Dor…dor..dor…dor..dor..dorr..dorr.." tak lama lalu terdengar tembakan beruntun.


Samsuri sudah melepaskan tembakannya, namun tak satupun peluru yang bisa menembus kulit Ki Bebe, hanya pakainnya saja yang terlihat sobek – sobek akibat berondongan peluru yang dikeluarkan dari senjata Samsuri.


Kini giliran Ki Bebe yang siap mengeksekusi Samsuri dengan menggunakan senjata kesayangannya,


"Dor…dor..dor…dor..dor..dorr..dorr.."


Samsuri tak bergeming sedikitpun kemudian dia mengeluarkan sesuatu dari dalam saku dadanya
"pluk..pluk..pluk...pluk...pluk.." rupanya itu peluru - peluru yang dimuntahkan Si Ronggeng berkumpul masuk kedalam saku Samsuri. Tak bisa dipercaya kejadian ini memang diluar logika tapi itulah yang terjadi, semua disaksikan oleh anak buah Ki Bebe.
 

Setelah yakin bahwa Samsuri bukan orang sembarangan bahkan bisa dikatakan dialah satu satunya orang yang sepadan dengan dirinya karena sama - sama mempunyai ilmu kebal peluru, dan dengan sangat meyakinkan Samsuri akhirnya resmi diangkat menjadi anak buah kepercayaan Ki Bebe.
 

Lima belas hari telah berlalu, Samsuri keluar masuk hutan bergabung dengan gerombolan Ki Bebe. Di
malam itu di tempat persembunyiaanya di dalam hutan disaat semua sedang berisitirahat, tiba - tiba
terdengar suara tembakan beruntun dari arah selatan yang membuat semuanya terperanjat, lalu Samsuri
segera menemui Ki Bebe.


"Rupanya kita disergap, tempat ini telah dikepung, sebaiknya kita menghindar dari dalam hutan karena
sudah tidak aman, untuk mengelabui mereka sebaiknya kita sembunyi ditempat yang terang, kita akan
berbaur di perkampungan penduduk, dan saya sudah dapat tempatnya, nanti disana semuanya akan
dipersiapkan.”


Tanpa berpikir panjang Ki Bebe lantas mengikuti saran Samsuri, mereka segera bergegas menghindari
kepungan peluru beruntun berjalan melewati sawah Cikondang yang akhirnya sampai di pemukiman warga di pinggir sawah, dan seperti dikatakan Samsuri sebelumnya, memang sudah dipersiapkan beberapa rumah untuk menampung Ki Bebe dan anak buahnya. Lalu, setelah dipastikan semuanya aman, gerombolan ini segera menyantap beberapa hidangan dari si pemilik rumah,
 

Kecuali Samsuri, Ki Bebe beserta anak buahnya segera mencari posisi tidur untuk melepas lelah setelah
berjalan sekitar +3km. disaat semuanya tertidur, Samsuri kembali menemui Ki Lurah Keron yang memang sudah menunggunya.


Tepatnya jam enam pagi Ki Sekdes Ahim segera berangkat ke Kantor Polisi di Purwakarta untuk melaporkan apa yang terjadi malam tadi di Cibungur. Setelah mendengar laporan Ki Sekdes Ahim, kemudian diberangkatkan tiga mobil pasukan dari Kepolisian dan TNI, Pasukan Kepolisian mengepung
dibagian timur sembunyi di hutan jati dekat Stasiun Cibungur, sedangkan satu mobil dari pasukan TNI mengepung dari jarak dekat perkampungan di sebelah barat.
 

Mengetahui dirinya sedang dikepung saat mereka masih tertidur pulas, Ki Bebe dan anak buahnya melakukan kontak senjata memberikan perlawanan sehingga terjadi baku tembak. Tapi karena sudah terkepung dan kalah jumlah akhinya Ki Bebe dan anak buahnya semakin terdesak.


“Ki Bebe, keluar kau!,mana tunjukan kesaktianmu.”


Karena memang mempunyai kebal peluru, dengan pervaya diri Ki Bebe pun segera keluar, lalu


“Dor!…Dor!..Dor!”


Ki Bebe langsung ambruk setelah diterjang timah panas dari Pasukan TNI. Melihat pimpinannya tergeletak tak berdaya, anak buah Ki Bebe yang masih hidup akhirnya meyerah dan dibekuk pihak kepolisian. Setelah dipastikan semuanya aman dan tidak ada lagi baku tembak, terlihat Ki Lurah Keron dan Samsuri berbaur bersama para komandan dari Pihak Kepolisian dan TNI.
 

Walaupun banyak memakan korban jiwa termasuk dua Anggota TNI kedapatan gugur dalam pertempuran, strategi yang dijalankan dinyatakan berhasil sesuai rencana, Ki Bebe akhirnya dapat dilumpuhkan dan dipastikan tewas.
 

Lalu bagaimana dengan nasib Samsuri anak buah Ki Bebe yang ternyata masih hidup?!
 

Rupanya dia adalah bagian dari strategi yang disusun dan menjadi sebuah misi khusus, Samsuri sengaja
disisipkan untuk menjadi anak buah Ki Bebe yang ditugaskan untuk dapat menarik gerombolan Ki Bebe keluar dari dalam hutan, Samsuri sebenarnya selalu menjalin komunikasi dengan Ki Lurah Keron untuk membuat siasat seolah – olah telah terjadi penyergapan di dalam hutan, sehingga Ki Bebe pun terperdaya dan akhirnya bisa terpancing keluar. Ilmu kebalnya luntur setelah melewati pohon haur yang ditanam atas perintah dari gurunya Ki Bebe sendiri.


Kemudiann Karena demi keamanan, keselamatan dan dianggap telah berjasa, Samsuri diangkat menjadi
anggota TNI, sedangkan jasad Ki Bebe dikebumikan di kampung halamannya, Gombol Karawang.


Tahun 1956 Warga Desa Cibungur akhirnya bisa hidup tentram terlepas dari cengkarman keganasan Ki
Bebe.

Sumber Tulisan :
1. Babad Desa Cibungur
2. Ki Ahim (Sekertaris Desa Cibungur tahun 1950 – 1960)
3. Mak Sarikem (Sesepuh Desa Dangdeur)
4. Mih Encih (Tokoh Adat Desa Cibungur)
5. Bpk. Masno (Tokoh adat / Sesepuh Kp. Cilodong Desa Cikopo)
6. Bpk. Tatang Taryana, SM. (Kepala Desa Dangdeur 2008 – 2029)

Read More

Selasa, 08 Oktober 2019

MENCIPTAKAN LAGU KHUSUS UNTUK SATE MARANGGI CIBUNGUR





(Cover Lagu Sate Maranggi Cibungur)

Para pecinta kuliner di Indonesia tentunya sudah tidak asing dengan nama Sate Maranggi Cibungur dari Kota Purwakarta Jawa Barat, sate yang sangat terkenal ke berbagai daerah dibelahan negeri, sehingga menjadi tujuan wisata kuliner di Indonesia. Dikarenakan keterkenalannya sudah tentu nama Sate Maranggi Cibungur bisa dijadikan sebagi Icon bagi masyarakat sekitarnya. 

Itulah yang menjadi inspirasi Kang Iyan salah satu musisi muda di Cibungur  yang sangat berbakat akhirnya mencurahkan hasil inspirasinya kepada sebuah karya lagu ciptaannya, dengan mengusung nama Sate Maranggi Cibungur sebagai judul lagu,  Kemudian dibantu juga oleh Kang Oday akhirnya music merdu bernada Pop Sunda berhasil diciptakan, dan untuk lyric dibantu  oleh Kang Zarott, selanjutnya mereka disarankan kang Wahyu salah seorang teman seniman dr Desa Cikopak untuk menemui para mahasiswa dari ISBI Bandung yang sedang Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang ada di Tiap kecamatan yang kebetulan untuk Kecamatan Bungursari para mahasiswa/i bermarkas di sanggar tari Sanghiyang Ismaya Desa Wanakerta, 

Setelah berhasil menemui dan menceritakan sebuah project yang sedang mereka kerjakan, rekan – rekan dari ISBI pun bersedia membantu, dan mengisi posisi Suling dan Kendang, Lalu untuk Vocal kami tentukan harus seorang wanita dan untuk menjaga ke Originalitasan hasil karya kami putra putri Desa Cibungur, vocal haruslah diisi oleh asli dari Desa Cibungur, setelah disarankan oleh rekan – rekan ISBI akhirnya pilihan jatuh kepada  Rizca Amalia yang memang aktif didunia seni khususnya seni tari di sanggar tari Sanghiyang Ismaya,  setelah diberi pelatihan dengan waktu yang singkat oleh para mahasiswi ISBI tentang tehnik Vocal sunda,  akhirnya kami berhasil meyakinkan wanita belia yang biasa dipanggil Ayang ini untuk membawakan lagu sate Maranggi Cibungur.

Ternyata dengan  adanya wadah kepemudaan BURAONG SANGKUR, Akhirya talenta – talenta local bisa  tergali dan sebuah hasil karya cipta muda mudi Desa Cibungur bisa diekspresikan  dan berhasil  launching lagu “Sate Maranggi Cibungur”  dengan membius para warga desa cibungur yang hadir pada pada akhir agustus 2015 kemarin sebagai suguhan baru di lapisan masyarakat Desa Cibungur,  walaupun disaat yang hampir bersamaanpun pihak pemerintah Kota Purwakarta juga sedang menciptakan karya tarian tentang Sate Maranggi, namun yang membedakannya karya lagu pemuda cibungur ini lebih tertuju kepada Sate Maranggi Cibungur saja dan tidak memakai tari – tarian,


(Launching Lagu SateMaranggi Cibungur)

Setelah beberapa bulan, rasa penasaran mencuat dan banyak warga yang ingin mendengarkan lagu merdu bernuansa parahyangan tersebut, yang sebelumnya hanya terdapat pada beberapa handphone saja yang kebetulan waktu itu merekamnya,  untuk itulah kami memutuskan untuk segera masuk studio rekaman untuk reccording single yang bertema lagu daerah tersebut. Agar hasil karya muda/I cibungur itu diharapkan bisa langsung dinikmati dan didengarkan oleh para warga masyarakat Desa Cibungur saat berada dirumah, dijalan, diwarung, dibengkel, disawah, dikebun atau dimana saja dengan player mp3.

Recording yang semula direncanakan di Kampus ISBI bandung ini harus kandas, setelah hari yang dijadwalkan ternyata rekan – rekan mahasiswa/i  ISBI yang sebelumnya siap membantu selama proses rekaman harus disibukan oleh aktifitas kuliahnya, tapi bukan suatu halangan bagi musisi muda/I cibungur ini agar bisa tetap mempersembahkan hasil karyanya kepada masyarakat, setelah berdiskusi dengan kawan – kawan yang lainnya yang tergabung di BURAONG SANGKUR, akhirnya terjadi kesepakatan untuk melakukan rekaman di studio lokal saja, dengan harapan bisa saling belajar dan saling mengevaluasi, selain itu juga bisa dijadikan ajang saling mendukung untuk  mengangkat talenta – talenta local yang berada di daerah Desa Cibungur, 

Odoy Sound yang kemudian menjadi alternative kami untuk membantu melakukan rekaman lagu yang mengusung genre pop sunda tersebut. Dengan peralatan seadanya yang biasa sering digunakan untuk keperluan pentas – pentas kesenian ini, namun Mang Odoy adalah talenta local yang  syarat pengalaman dan punya qualitas , dan kami pun yakin Mang Odoy bisa memberikan hasil yang maksimal bagi single pertama kami muda/I Cibungur yang tergabung dalam BURAONG SANGKUR,



(Proses Rekaman Lagu Sate Maranggi Cibungur)
Namun kendala ditemui selanjutnya adalah player kendang dan suling,  tanpa rekan – rekan dari ISBI kami sulit mendapati player kendang dan suling di Cibungur untuk membantu kami distudio agar bisa langsung proses rekaman. Namun tidak lebih dari 2 hari, Mang Odoy merekomendasikan Kang Dayat pemain kesenian salah satu group  jaipongan di Karawang. Dengan melihat hasil rekaman video pada saat launching yang pada saat itu diisi oleh kawan – kawan dari ISBI pada kendang dan suling, kemudian  Kang Dayat mencoba beberapa kali untuk memainkannya  dan beberapakali melakukan improvisasi.


 (Proses Rekaman Lagu Sate Maranggi Cibungur)

Tepatnya tanggal 14 Januari 2016 dengan hasil patungan dana dari rekan - rekan Buraong Squad rekaman semi track yang  berlangsung  setengah hari setengah malam itu  BURAONG SANGKUR punya hasil karya sendiri dari bidang kesenian pop sunda. Dan ini adalah pencapaian luar biasa bagi kami para Buraong Squad. Besar harapan bagi kami agar kedepannya bisa terus menghasilkan karya – karya yang terbaik, agar bisa dinikmati oleh semua lapisan masyarakat Desa Cibungur.

untuk lagu sate maranggi cibungur bisa di download di :

Read More

Rabu, 19 Juli 2017

SEJARAH DESA CIBUNGUR

Pohon Bungur Yang Masih Tersisa Diarea Petilasan

Desa Cibungur Kecamatan Bungursari Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat

Nama Cibungur diambil dari dua unsur yaitu : 
Versi pertama :
Ci (bahasa sanksekerta) = Cahaya
Bungur = warna ungu

Versi kedua :
Ci (bahasa sunda) = cai (Air;bahasa indonesia), 
Bungur = nama sebuah pohon yang berbunga warna ungu (Lagerstroemia;latin),

Peradaban di sekitar Desa Cibungur diperkirakan sudah ada pada masa Kerajaan Pajajaran, hal tersebut dapat merujuk kepada beberapa tempat petilasan yang dikeramatkan bernama Petilasan Maqom Ki Raga Sakti dimana nama tersebut juga terdapat di Cirebon yang dikaitkan dengan nama Raden Walangsungsang alias Kuwu Sangkan (1423 M - 1529 M), Petilasan Ibu Gamparan Nyai yang kemungkinan nama lain dari Nyimas Rara Santang (1426 - )  keduanya merupakan putra - putri Prabu Siliwangi dari istri Nyi Subang Larang yang keluar dari istana Pajajaran sekitar tahun 1443 M, selain kedua petilasan tersebut juga terdapat sebuah tempat yang dikeramatkan bernama Pasir Leuit yaitu tempat pusat lumbung padi hasil panen atau dikenal dengan leuit salawe jajar dimasa pemerintahan Prabu Siliwangi.

Nama Cibungur kemudian dijadikan identitas sebuah wilayah kegiatan pertanian yang merujuk kepada sebuah tempat keramat lainnya yaitu Petilasan maqom Mbah Jelom yang dianggap paling sakral dari petilasan lainnya di sekitaran Desa Cibungur. Menurut informasi kuncen pertama yang kemudian turun temurun, Mbah Jelom adalah orang sakti ahli pertanian dan dikenal dengan istilah apabila menanam pagi sudah bisa panen disore hari, beliau juga merupakan salah satu petinggi Mataram karena dulu yang membersihkan dan membangun petilasan tersebut juga orang – orang dari mataram.

Kegiatan pertanian padi masyarakat sunda pada umumnya dilakukan diatas tanah darat (ngahuma) yang berpindah - pindah tempat sehingga banyak membuka ruang - ruang lahan pertanian baru yang sebelumnya area hutan - hutan dan rawa - rawa.

Setelah Kerajaan Pajajaran berakhir tahun 1579 lalu beralih ke Sumedang Larang, kegiatan pertanianpun ikut terhenti. Ditahun 1620 setelah Sumedang Larang dan kerajaan lainnya di jawa barat bergabung dibawah panji Mataram, aktifitas pertanian dijalankan kembali dengan beralih ke metode bercocok tanam padi sawah yaitu daerah rawa - rawa yang dijadikan lahan pertanian padi dengan sistem irigasi, yang mana pada masa itu Kesultanan Mataram sedang mengemban misi menjadikan Karawang sebagai pusat logistik (gudang beras) disaat perang melawan VOC di Batavia di tahun 1628 M - 1629 M yang dipimpin oleh Dipati Ukur.

Dikarenakan metode penanaman padi sawah harus menetap dan berbeda dengan sebelumnya penanaman padi (ngahuma) yang selalu berpindah - pindah, akhirnya diutus orang - orang dari Sumedang Larang dan Galuh untuk menanam padi sawah dan kemudian menetap.

Desa Cibungur sebelumnya mempunyai luas +5,9juta Ha, dan terakhir mempunyai luas wilayah +520,460 Ha setelah beberapa kali melakukan pemekaran diantaranya tahun : 
1. 1894 - Cibening dan kemungkinan beberapa desa lain disekitarnya (pembukaan lahan perkebunan kopi seluas 211 Bau).
2. 1977 / 1978 - Cinangka (REPELITA Orde Baru)
3. 1983 - Dangdeur dan Bungursari (REPELITA Orde Baru)
4. 1986 - Wanakerta (dimekarkan dari Cinangka REPELITA Orde Baru)

Walaupun peradaban di Desa Cibungur sudah ada sejak jaman Pajajaran dan Mataram namun pemerintahan Lurah Desa Cibungur mulai tercatat secara administrative pada masa pemerintahan kolonial Belanda di tahun 1891 M

1. Ki Wanadipura / Lurah Burut (1890 – 1912)
2. Lurah Epol (nama alias) ditunjuk Pemerintahan Hindia Belanda (1912 - 1921)
3. Ki Wanadireja (1921 – 1944)
4. Ki Wanadikarta / Lurah Keron (1944 - 1947)
5. Pjs. Iyan (1947)
6. Pjs. Among (1948)
7. Ki Wanadikarta / Lurah Keron (1949 - 1960)
8. Pjs. Subna (1960 - 1963)
9. Pjs. Dulaikh (1963 - 1966)
10. Pjs. Naipan (1966 - 1970)
11. H. Dailan (1970 - 1976)
12. Pjs. Jatma (1976 - 1980)
13. H. Ayus Rusmana (1980 - 1988)
14. Pjs. (1988 - 1991)
15. H. Sawon Suharyono (1991 - 2007)
16. H. Aang Anwar (2007 - 2013)
17. Drs. H. Anwarudin (2013 - 2019)
18. Pjs. Iswin (2019 - 2021)
19. Pjs. Mulyadi (2021)
20. H. Aang Anwar (2021 - 2029)

Sedangkan Kepala Pemerintahan Desa (Lurah) atau merupakan seorang tokoh adat sebelum era kolonial pemerintahan Hindia Belanda yang tidak diketahui tahunnya kemungkinan besar adalah beberapa makam yang dikeramatkan yang tersebar di sekitaran Desa Cibungur diantaranya :
1. Raden Aria Kadut / Raden Suria Kencana (Wanakerta)
2. Ki Bagus Kalintung (Wanakerta)
3. Mbah Utik (Dangdeur)
4. Mbah Likam (Dangdeur)
5. Ki Jaksa (Cigelam)
6. Ibu Ageung (Cigelam)
7. Bpk. Bandung (Cigelam)
8. Ki Jaesah (Cibungur)
9. Ki Gareget (Cibungur)
10. Ki Rabil (Cinangka)
11. Ki Praja (Cinangka)
12. Mbah Saminten (Bungursari)

(Sumber : Babad Desa Cibungur)


Read More

Selasa, 17 Mei 2016

MEMBERSIHKAN SAMPAH PENGUSAHA CATERING YANG TIDAK BERTANGGUNG JAWAB


Sangat mengejutkan sekali pagi – pagi mendengar kabar berita ada yang membuang sisa makanan basi dalam jumlah yang banyak yang menyebabkan bau sangat tidak sedap dan terlihat menjijikan di sekitar jembatan cigelam Desa Cibungur, Ditengah antusiasnya muda/i cibungur untuk memperindah Desa Cibungur dengan cara menjaga lingkungan, terutama menjaga lingkungan daerah jembatan Cigelam, yang beberapa waktu lalu sengaja dicat ulang agar terlihat rapi.

Tapi pagi itu, sampah makanan basi ditemukan berserakan di pinggir jembatan Cigelam  yang diduga dilempar dari mobil salah satu pengusaha catering yang melintas, mungkin tujuan yang melempar sampah ini tadinya mau membuang sampah ke sungai cigelam, namun lemparannya meleset yang akhirnya sampah itu tumpah berceceran dipinggir jalan jembatan cigelam, selain menyebabkan aroma yang tidak sedap sampah ini sangat mengganggu para pengguna jalan lain yang melintas daerah tersebut.

Walau pertamanya kesal dan marah tapi entah harus marah kepada siapa, karena tidak tahu siapa yang membuang sampah sembarangan itu, namun akhirnya Buraong Squad harus tetap membersihkan sampah tersebut, untunglah ada salah satu pemuda Cibungur yang mempunyai jiwa sosial yang sangat luar biasa dan sangat berjasa dalam hal ini, Buraong Squad yng akrab dipanggil Belo ini dengan sigap mengeruk sampah tersebut menggunakan pacul dan membersihkannya kembali.



Setelah membersihkan sampah makanan basi tersebut, kemudian Belo memasang tanda tulisan atau slogan tentang kebersihan lingkungan di sekitaran jembatan yang sebelumnya memang sudah dipersiapkan, Cuma memang belum sempat dipasang saja, walau sebenarnya kami tahu itu tidak menjamin kesadaran manusia untuk tidak mengotori lingkungan, namun setidaknya kami sudah berbuat yang seharusnya dengan sebuah tindakan nyata.



Read More

Kamis, 21 April 2016

Contact Person



Head Office :

Jl. Jati Keramat Kp. Cibungur Rt. 12 Rw. 04 Desa Cibungur
Kec. Bungursari Kab. Purwakarta 41181 
Jawa Barat - Indonesia  
Phone : 085722700977 / whatsapp : 089623643407


Read More

about us

BURAONG SANGKUR merupakan singkatan dari bahasa sunda “BUDAK NGORA NGAROJONG SAUYUNAN NGAHONTAL KAMAJUAN CIBUNGUR” yang artinya Anak Muda Yang Medukung Secara Bersama – sama Untuk Kemajuan Desa Cibungur.

BURAONG SANGKUR diresmikan tanggal 30 Agustus 2015 yang Berawal dari kejenuhan sekelompok pemuda/i di Desa Cibungur yang hidup bermasyarakat di tengah – tengah lingkungan yang monoton diantara semakin meluasnya pembangunan dunia perindustrian dan para pendatang di daerah cibungur, kemudian timbul inisiatif ingin menjaga eksistensi Desa Cibungur dan bercita – cita ingin merubah keadaan desa kami dari yang monoton menuju ke yang kreatif, inovatif dan bergotong royong.

VISI :

Sebagai wadah pemersatu pemuda/i desa cibungur dan mewadahi potensi Sumber Daya Manusia (SDM) & Sumber Daya Alam (SDM) di Desa Cibungur agar bisa bermanfaat untuk kemajuan Desa Cibungur dan untuk mempersiapkan pemuda/i Desa Cibungur yang berintegritas, bertanggung jawab, mandiri, kreatif, aspiratif, berkualitas, fleksibel, independent serta berguna bagi masyarakat guna  kemajuan desa , bangsa ,Negara dan agama.

MISI :
  1. Memperjuangkan hak-hak pemuda/i Desa Cibungur
  2. Mempersatukan seluruh pemuda/i Desa Cibungur
  3. Menyalurkan bakat dan kreatifitas pemuda/i Desa Cibungur
  4. Melaksanakan program yang dapat mengasah talenta pemuda/i Desa Cibungur.
  5. Memperindah & memajukan Desa dengan Kreasi.

PROGRAM KERJA :
  1. Pemberdayaan pemuda/i desa cibungur melalui bidang seni, terutama di bidang seni daerah, seni rupa, dan seni lainnya yang berhubungan dengan kreatifitas.
  2. Pemberdayaan pemuda/i desa cibungur melalui home industri atau industri kreatif, baik itu kreatif secara individu, kreatif secara bersama - sama, maupun industri kreatif untuk pemberdayaan lingkungan.
  3. Membuat ajang - ajang tertentu atau sebuah kegitan sebagai fasilitas pemuda/i desa cibungur untuk mempererat tali silaturahmi antar pemuda/i dan penggalian potensi - potensi individu  pemuda/i
  4. Menyusun cerita sejarah Desa dan membuat Film Dokumenter tentang Sejarah Desa Cibungur.



Read More

Senin, 11 April 2016

MENAMBAL KERUSAKAN JALAN YANG BERLUBANG DIWILAYAH RW 02. RW 03. & RW. 04 DESA CIBUNGUR

(Kerja Bakti Menambal jalan di wilayah RW 02 Desa Cibungur)

Sungguh pemandangan yang sangat jarang sekali terilhat dijaman sekarang, dimana anak – anak muda sekarang kebanyakan minim kepedulian kepada lingkungan dimasyarakat , tapi berbeda dengan anak – anak muda di Desa Cibungur yang tergabung di Buraong Sangkur malam itu beramai – ramai menunjukan kepeduliannya kepada sesama manusia terutama pada para pengguna jalan yang melintasi daerah Cibungur, mereka dengan Senang hati secara suka – suka menambal jalan – jalan yang berlubang yang barang tentu lubang – lubang tersebut mengganggu para pengguna jalan.

Para pemuda yang di dominasi dari RW 02 Cibungur ini Dengan cara menyisihkan sedikit uang dari para Buraong Squad, sebagian muda – mudi Cibungur ini membeli pasir, batu krikil dan semen untuk melakukan penambalan jalan yang berlubang , berawal dari dkt pintu rel kereta api, dengan menggunakan gerobak menyusuri jalan  untuk menutup lubang – lubang yang terdapat disepanjang Jl. Wanadipura dan setelah ditambal dengan menggunakan adonan pasir dan batu, kemudian yang lainnya menjagainya dengan dedaunan dan Con, sesampainya di Jembatan Cigelam beberapa pemuda dari RW.03 pun mulai ikut membantu untuk kegiatan sosial tersebut.

(Kerja Bakti Menambal jalan di wilayah RW 03 Desa Cibungur)

Setelah selesai sepanjang Jl. Wanadipura, langsung beralih ke Jl. Jati Keramat diwilayah RW 04, kebetulan sekali pada saat itu anak – anak muda dari RW 04 masih ada yang nongkrong di warung Mothai. Kemudian akhirnya bersama sama untuk menambal di Jl. Jati Keramat walaupun gelap gulita diterangi dengan lampu dari sepeda motor.

(Kerja Bakti Menambal jalan di wilayah RW 04 Desa Cibungur)

Pengerjaan  penambalan jalan yang berlubang ini sengaja dilakukan dimalam hari untuk menghindari arus lalu lintas yang kemungkinan padat kalau dilaksanakan pada siang hari, dan itu dapat mengganggu para pengguna jalan, walaupun dimalam haripun masih ada beberapa kendaraan roda empat dan dua yang melintas. Dan pelaksanaan penambalan jalan tersebut selesai sekitar jam 24.00 WIB.


Inilah bukti nyata kepedulian kami Buraong Squad kepada lingkungan dan Masyarakat Desa Cibungur. 
Read More

Selasa, 01 September 2015

HUT RI KE-70 DESA CIBUNGUR


Dalam rangka merayakan HUT RI Ke-70 Desa Cibungur, para pemuda/i yang tergabung dalam Budak Ngora Ngarojong Sauyunan Ngahontal Kamajuan Cibungur (BURANG SANGKUR) mengadakan berbagai acara kegiatan perlombaan, yaitu diantaranya perlombaan jalan santai, lomba karaoke, lomba melukis, dan lomba panco. semua perlombaan dilaksanakan di wilayah RW.02 desa cibungur. 
Selain merayakan HUT RI Ke-70, kegiatan ini juga sekaligus untuk launching BURAONG SANGKUR dengan pelepasan balon udara yang diyakini sebagai yang pertama di purwakarta ada pelepasan balon udara.

pelepasan balon udara launching BURAONG SANGKUR dan start jalan santai
Pelepasan balon udara adalah sebagai tanda hadirnya BURAONG SANGKUR, dan tanda dimulainya start jalan santai yang direcenakan dimulai pukul 07.00 WIB, mengalami delay sekitar setengah jam karena pelepasan balon udara harus menyesuaikan arah angin terlebih dahulu, namun akhirnya setelah menunggu dengan tegang setengah jam acara pelepasan balon udara yang disaksikan seluruh peserta jalan santai yang di ikuti sekitar 500 peserta atau warga desa cibungur, akhirnya balon udara bisa terbang, acara jalan santai pun dimulai dengan rute berjalan sekitar 4km mengelilingi setengahnya desa cibungur, yang terus dikawal para panitia dengan menyediakan air minum sepanjang jalan, dan dikawal dengan menggunakan kendaraan roda 4 dengan bak terbuka untuk mengantisipasi adanya peserta yang kelelahan ditengah perjlanan,

Start jalan santai
Setelah kegiatan jalan santai Finish, kemudian acara dilanjutkan dengan pengundian nomor doorprize dipanggung utama yang diikuti oleh para warga desa cibungur, pengundian doorprize berjalan dengan tegang karena banyak di ikuti oleh para ibu-ibu yang berharap bisa membawa pulang hadiah hiburan sepulang jalan santai yang disediakan panitia. 
karena saking banyaknya hadiah yang disediakan, dan belum selesai di siang hari sampai pukul 13.00, pengundian doorprize akhirnya dilanjutkan di acara puncak malam hari, karena pukul 13.00 harus berganti acara kegiatan yang lain, seperti lomba karaoke dan melukis, 
berbeda dengan perlombaan jalan santai, perlombaan karaoke hanya di ikuti oleh 8 orang peserta, mungkin orang - orang masih malu dengan bakat nyanyi nya di depan umum,, hehee...

Lomba Karaoke
perlombaan karaoke dilaksanakan pukul 13.00 WIB, berbarengan dengan perlombaan melukis dan mewarnai tingkat anak2 dengan beda tempat, perlombaan karaoke dilaksanakan dipanggung utama, sedangkan perlombaan melukis dilaksanakan di dalam majelis.

Perlombaan Mewarnai dan Melukis
dalam perlombaan melukis banyak sekali anak - anak yang berantusias,

Read More